#30HariBercerita — Menuai Bahagia
Begitu banyak definisi kebahagiaan bagi setiap individu. Ada orang yang beranggapan bahwa kebahagiaan itu akan ada ketika berlimpahnya harta. Ada pula yang mengatakan bahagia ketika dapat berkumpul dengan sanak saudara. Pun bagi para jomblo bahagia itu ketika sudah membersama dengan yang dicinta. Semua orang pasti mengingin kan hidupnya bahagia, tapi terkadang kita lupa bahagia yang seperti apa yang seharusnya diupayakan dan dijaga.
Kim Suhyun, pada bukunya ,Hidup Apa Adanya, mengatakan bahwa kegembiraan didefinisikan sebagai sebuah ganti rugi sekaligus efek kuat atas ketabahan keseharian yang membosankan, hal ini dapat disejajarkan dengan para psikopat yang selalu mencari kepuasan sempurna karena mereka tidak bisa merasakan hal-hal yang efeknya lemah. Karena kurangnya perasaan yang dimiliki , mereka akhirnya tidak bisa merasakan kegembiraan kecil dan lama-kelamaan hanya mencari kegembiraan dengan tingkat kepuasan yang kuat saja. Namun, kegembiraan dengan tingkat kepuasan tinggi hanya akan membuat keseharian menjadi bosan dan semangat hidup akan hilang.
Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk mencari perasaan bahagia, ialah dengan merasa sensitif terhadap kegembiraan-kegembiraan kecil yang ada disekitar kita. Dalam konteks ini, hal tersebut merupakan wujud dari rasa bersyukur.
لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu” [QS. Ibrahim : 7]
Sesuai dengan janji Allah, nikmat akan ditambahkan jika kita senantiasa mengucap syukur. Sejatinya, bersyukur sama halnya mendefinisikan ulang kebahagiaan — kebahagiaan kecil yang sudah kita miliki, sehingga dengan hal tersebut kita dapat merasakan hidup selalu terasa segar dan tidak membosankan. Jika melihat sedikit kebelakang, dimasa kanak-kanak kita sangat lah mudah tertawa dan bahagia dengan hal-hal yang sederhana. Namun, seiring berjalannya waktu dan makin dewasa seakan kata bahagia menjadi sangat kompleks, dan menaruh syarat pada bahagia dengan diumur sekian harus sudah menikah, harus sudah punya income sekian puluh juta, harus memiliki hunian megah, harus sudah berkeliling dunia dan lain sebagainya.
Banyak orang mengaggap penduduk di negara Eropa Utara memiliki tingkat kebahagiaan yang tinggi. Tapi menurut Leo Bormans, tingkat kebahagiaan di wilayah Eropa Utara bukanlah hasil dari sistem kesejahteraan atau penghasilan yang tinggi. Melainkan dari sikap menghargai minat dan bakat yang dimiliki masing-masing, kebebasan hidup yang melimpah dan kepercayaan yang tinggi antar sesama. Terlebih, untuk menjadikan hati ini senantiasa tentram tak lain hanya dengan mengingat Allah,
أَلَا بِذِكْرِ ٱللَّهِ تَطْمَئِنُّ ٱلْقُلُوبُ
“Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah, hati menjadi tentram”, [QS. Al Ra’du: 28]
Maka, kebahagiaan itu akan menjadi ada ketika hati merasa tentram.