#30HariBercerita — Makam Al-Habib Husein bin Abubakar Alaydrus
Tepat saat matahari bersinar sangat teriknya, aku sudah berada di pemberhentian halte busway Pluit, Jakarta utara. Saat itu, aku berkeinginan untuk mendatangi makam Al-Habib Husein bin Abubakar Alaydrus. Makam Sayid Husein bin Abubakar Alaydrus merupakan salah satu makam tertua yang terletak di Jakarta yang bertempat pada di kiri pintu masuk Masjid Jami’ Keramat Luar Batang.
Sayid Husein bin Abubakar Alaydrus, beliau lahir di Hadramaut berasal dari keluarga yang sederhana sebagai yatim yang dititipkan kepada seorang “alim sufi”. Dimasa mudanya, beliau memiliki keinginan untuk berhijrah ke kota Surat di Gujarat (India utara) yang pada saat itu sedang dilanda kekeringan serta wabah. Akan tetapi, sejarah mengatakan kedatangan beliau mendatangkan hujan beserta kesehatan. Hingga akhirny,beliau hendak diangkat menjadi penguasa setempat. Akan tetapi, beliau menolak tawaran tersebut karena hendak berangkat ke Batavia, Ibu kota Hindia -Belanda, yang sekarang dikenal sebagai Jakarta. Sesampainya di Batavia, beliau langsung berbaur dengan masyarakat. Hingga beberapa tahun kemudian beliau menggagas pembangunan surau. Seiring berjalanannya waktu, tidak sedikit orang yang mendatangi beliau untuk belajar berdoa.
“saya di seberang halte busway ya pak”, tulisku pada kolom percakapan pada aplikasi ojek online.
“siap mba”, balas driver ojek online.
Sambil menunggu ojek online tiba, saya pindah untuk mencari tempat yang lebih teduh. Keadaan lalu lintas saat itu terlihat ramai lancar, sehingga tak ku temukan klakson bersautan sebagaimana yang terjadi pada hari kerja. Aku memutuskan untuk berziarah pada hari raya Idul Adha bukan hanya karena untuk mengisi kegiatan pada hari libur, akan tetapi juga untuk bertawassul kepada Sayid Husein bin Abubakar Alaydrus agar mendapat keberkahan beliau.
“mba ani? “,sapa seorang yang baru saja menepikan motornya.
“iya pak, ke makam habib husein yaa pak”, sautku untuk memastikan titik tujuan yang dipesan sudah sesuai.
“iya mba “
setelah memakai helm yang di berikan driver, kita pun melaju menuju Makam Habib Husein.
“mba mau ziarah ya mba?”, tanya driver memecah keheningan jalan
“iya pak, kenapa pak?”
“kalau nanti pas sampai makam, kalau ada yang nawarin ini itu jangan mau mba. langsung jalan aja. nanti takutnya malah gimana gimana mba”
“ooh iya pak”, jawab ku singkat
“mba tau yang pakai cadar itu mba? siapa yaa “, tanya driver sambil mengingat-ingat nama seseorang
“Ustadzah Halimah pak?”
“ah iya mba, Ustadzah Halimah mba, beliau itu masih keturunan Habib Husein itu mba, keturunan Rasulullah”
“Iya pak, saya kesini juga karena beliau sama-sama ada Alaydrus nya pak, jadi ingin tahu lebih dekat dan bertawassul pak”
“iya mba, kita itu kalau ziarah diniatkan untuk bertawassul mba. Perkara minta ini itu yaa tetep sama Allah, mba. Diniatkan untuk bertawassul pada wali Allah, mba. Semoga hajat-hajat kita di kabulkan sama Allah. Bukan untuk melakukan hal yang musyrik dengan menyembah makam para auliya”, jelas bapak ojek online sambil melaju tanpan bantuan gmaps, yang menandakan sudah sangat hapal dengan alamat yang dituju.
“iya pak”, jawab ku singkat
“Dulu mba, waktu saya masih belum punya kerjaan mba, saya juga ziarah ke Makam Habib Husein ini mba, saya niatkan untuk bertawassul kepada beliau semoga lekas mendapat pekerjaan. Alhamdulillah mba, selang dua hari dari ziarah saya diterima kerjaan waktu itu mba. Ditambah lgi mba, meskipun cuaca disini panas kayak gini mba, ngga tau kenapa klo udah disana hawanya adem mba.”
“iya pak, kalau disana ada yang jualan makanan ngga ya pak?” tanyaku untuk mencoba menanggapi percakapan agar tidak terkesan monolog. Jauh dalam lubuk hati, aku lebih suka menjadi penumpang yang hanya duduk tanpa harus bercakap-cakap dengan suara yang terkadang harus dilantangkan agar terdengar jelas.
“ooh banyak mba, berjejeran mba. ngga usah khawatir mba”
“oh biaklah pak”
selang beberapa menit, akhirnya kita sampai di tempat tujuan dan berhenti persis di samping gerbang Masjid Jami’ Keramat Luar Batang.
“Terimakasih ya pak”
“Iya mba sama-sama”, jawab driver sambil menekan selesai pada aplikasi ojek online dan melanjutkan orderan selanjutnya.
Dengan langkah perlahan aku memasuki gerbang menuju Masjid Jami’. Pada gerbang masuk area masjid sebelah kanan, terlihat beberapa pedagang yang menjual air mineral serta pernak pernik baju muslim. Di sebelah kiri tertulis tempat wudhu perempuan yang didesign tertutup dan bagian luar merupakan tempat wudhu untuk laki-laki.
Hari itu masih belum terlalu banyak peziarah yang berkunjung, sehingga aku memutuskan untuk membaca sejarah singkat Sayid Husein bin Abubakar Alaydrus dan Jami’ Keramat Luar Batang yang terdapat di sebelah kanan dan kiri halaman Masjid. Tak lupa pula aku dokumentasikan keadaan sekitar sebagai pemanis yang nantinya diharapkan mendapat keberkahan selepas berziarah. Sejarah singkat yang disajikan ditulis dengan tiga bahasa yaitu bahasa Indonesia, Arab dan Inggris. Setelah membaca sekilas, aku melanjutkan untuk berwudhu, kemudian menuju Makam khusus perempuan yang terletak di sebelah kiri pintu masuk.
Dibaris bagian depan kiri terdapat dua orang ibu-ibu sedang melantunkan ayat al-Qur’an. Dibagian kanan , terdapat seorang ibu dan anaknya yang tak kalah khusyuk dalam memunajatkan doa-doa, yang kesemuanya meletakkan air mineral tepat di hadapannya. Disamping almari tumpukan Al-Qur’an, ku temui pula mba-mba yang sedang melantunkan doa-doa. Karena tak ingin mengganggu, maka aku berjalan melewati belakang mba-mba tersebut sambil mengambil kitab kecil berwarna hijau. Lalu, sebelum duduk, ku ucapkan salam serta kubuka tutup botol air mineral yang sudah ku beli saat memasuki area Masjid. Dan aku mulai membaca ayat-ayat Al-Qur’an beserta doa-doa yang tertulis pada kitab tersebut.
Pernah ku baca sebuah penelitian yang dilakukan oleh Professor Masaru Emoto dan rekan ilmuwannya tentang reaksi air. Kazuya Ishibashi pada penelitiannya, mengatakan bahwa air ketika dibacakan doa islam, kristal bersegi lima bersegi enam dengan lima cabang daun muncul berkilauan. Tidak hanya bentuknya yang indah, tetapi jika ditelisik terdapat manfaatnya untuk kesehatan.
Suasana Makam yang damai, membuat diri ini sadar bahwa dunia bukanlah tujuan hidup ini. Dan hingga pada akhirnya, kita semua akan mati. Akan tetapi, kita sebagai manusia diberi pilihan untuk berakhir dengan kondisi dan keimanan seperti apakah yang kita inginkan. Tak lain dan tak bukan dalam keadaan husnul khotimah lah yang kita idamkan. Maka dari itu, untuk mendapatkan akhir yang baik, alangkah lebih baiknya kita terus berupaya untuk tetap berbuat baik.