#30HariBercerita — Haul
Secarah lughah atau bahasa, haul merupakan bahasa serapan dari bahasa Arab, “al Haulu” (الحول), yang memiliki arti satu tahun. Di dalam pelaksanaan nya, ungkapan haul sangat lazim bagi masyarakat Indonesia sebagai acara tahunan untuk memperingati wafatnya seseorang (biasanya utamanya tokog agama Islam).
Adapun acara inti dari haul itu sendiri, diisi dengan membacakan ayat-ayat suci Al-Qur’an, tahlilan dan pujian-pujian kepada Nabi Muhammad Saw, serta menuturkan biografi para alim ulama oleh seseorang yang mengenal baik dan mengetahui perjuangan hidupnya, yang bertujuan sebagai pengingat bagi kita yang masih hidup untuk dapat meniru perbuatan-perbutan baik para beliau.Hal ini tentunya sesuai dengan hadis,
“Janganlah kalian menyebutkan sesuatu mengenai orang yang sudah meninggal diantara kalian kecuali kebaikan” — (HR. An-Nasa’i) (Hanif 2016).
Pada sebuah acara haul, aku ditakdirkan untuk turut dalam menyemarakkan acara haul yang dihadiri oleh Hubabah Halimah Alaydrus. Ku lihat di sekeliling acara tersebut dibanjiri oleh kaum hawa yang mayoritas menggunakan pakaian serba hitam. Hati pun seolah menemukan tentram, nadi berdenyut syahdu dan dada berdebar merangkai kerinduan untuk menemukan titik temu dalam basuhan pertemuan dengan Hubabah.
Disaat pembacaan sholawat, aku mencoba untuk memperhatikan lingkungan sekitar. Ada ibu-ibu panitia dengan semangat membaranya menertibkan para peserta haul untuk tidak mem-foto ataupun mem-vidio Ustadzah Halimah disaat memberikan tausyiah. Ada anak kecil justru asyik dengan gedget ditangannya. Ada Ibu-Ibu yang berkeliling menawarkan dagangannya, sembari berharap-harap menemukan seseorang yang tertarik untuk memilikinya. Di sisi lain ada pula yang khusyuk melantunkan shalawat seakan tak mau kehilangan kesempatan untuk mendapatkan syafaat yang nantinya akan didapat.
Meskipun bermacam kegiatan, maka ketahuilah dengan rahmat Allah seseorang diampuni dosanya oleh Allah hanya dengan menghadiri majlis ilmu. Dalam hadist yang panjang tentang menghadiri majelis ilmu, Rasulullah pernah bersabda mengisahkan sebagaimana perkataan umar bahwa,
“Wahai Rabb, di kalangan mereka ada seorang hamba yang banyak sekali kesalahannya. Ia hanya melewati saja lalu ikut duduk bersama mereka”, Ungkap para Malaikat
Lalu Allah berfirman, “Aku pun mengampuninya, mereka adalah satu kaum yang tidak akan sengsara orang yang duduk bersama mereka”.
(HR. Muslim).
Disaat semuanya melantunkan “Natawassal Bil Hubabah”, seketika kumencari dimanakah kiranya kutemukan jalan yang dikhususkan untuk ustadzah. Tapi tak kutemukan jalan itu. Waktu sudah memasuki adzan ashar, namun ustadzah belum menampakkan kehadirannya. Sehingga ku putuskan untuk mencari mushola terdekat, dan bertanya dengan panitia. Ditunjukkanlah jalan menuju mushola.
“Nanti ini lurus terus mba, terus belok ke kiri mentok terus belok kanan. Nah musholanya terletak sebelah kiri”, jawab panitia haul dengan mantab
Entah mengapa, jika perkara arah suatu jalan aku tak jarang mengingat dengan betul, yang ku ingat hanya lurus terus. Meskipun begitu, aku mengiyakan penunjuk jalan konvensional ini seraya berterimakasih padanya. Di pertengahan jalan, kulihat beberapa orang menyambut sebuah mobil berwarna hitam, dan terdapat beberapa petugas membuka jalan demi lancarnya mobil tersebut untuk berjalan. Dan itulah Hubabbah Halimah Alaydrus yang sedang dinanti-nanti. Ingin hati ingin mendekat dan mengharap berkah kepada beliau, akan tetapi, apakah iya apa boleh?
Seketika mobile tersebut berhenti, dan aku berada tepat beberapa langkah disamping mobil. Kemudian kutemukan seseorang beranjak keluar dari balik pintu mobil, seketika tubuh ini mendekat dan ku beranikan diri untuk mengecup tangan Hubabah dengan harap meski diri ini tak se-terjaga beliau, tak se-sholihah beliau, tak se-alim beliau, semoga dengan segala penghormatan yang ku upayakan dapat mendatangkan segala berkah.
Setelah kerinduan ini dibasuh dengan pertemuan singkat tapi syarat akan makna dan senantiasa teringat, aku pun melanjutkan mencari rute menuju mushola. Setelah bertanya sana-sini akhirnya aku pun dapat melaksanakan sholat Ashar dengan kemudian kembali lagi untuk mengikuti acar haul seraya mendengarkan tausyiah yang mungkin sudah banyak materi yang terlewat, tapi tidak melunturkan semangat untuk memandang wajah Hubabah dan bermajlis dengan para Bidadari Bumi.